Pithecellobium dulce (Roxb.) Bth.
(Mimosaceae – petai-petaian)
(Mimosaceae – petai-petaian)
Sinonim: Mimosa dulcis Roxb. (1798), Inga dulcis (Roxb.) Willd.(1806)
Nama daerah: Asem londo (Jawa), Asam keranji (Indonesia) Asem manila, Manila tamarind, Sweet inga
Pertelaan: Pohonnya dapat mencapai tinggi 15m dengan diameter cabang sekitar 35cm. Ujung ranting-rantingnya melempai atau melengkung ke bawah dan berduri. Duri-duri yang tidak kaku ini akan hilang setelah ranting itu menjadi cabang-cabang tua. Daunnya berwarna hijau kebiru-biruan..Warna bunganya tidak mencolok. Dalam satu tandan perbungaan hanya beberapa bunga saja yang menjadi polong buah. Polong berbentuk melingkar mirip jengkol dengan ukuran yang lebih kecil. Dalam satu polong terdapat 4-5 biji. Spesies ini agak jarang ditemukan tumbuh di dalam hutan zona inti Taman Kehati. Beberapa ditemukan tumbuh di sekitar perumahan kompleks Pupuk Kujang.
Habitat: Spesies ini secara liar tumbuh di lahan-lahan kering pamah (dataran rendah) yang beriklim monsun (kering). Tumbuh liar di semak belukar atau di pekarangan atau kebun yang tidak terawat.
Distribusi: Pada umumnya mudah ditemukan tumbuh di wilayah bagian utara pulau Jawa bagian barat, tengah dan timur, demikian pula di pulau Madura.
Cara tanam: Bisa diperbanyak dengan biji atau cangkok.
Komposisi kimia: Daun, batang dan kulit batang mengandung saponin dan flavonoida, selain itu batang dan kulit batangnya juga mengandung tanin.
Manfaat/kegunaan: Daunnya berkhasiat sebagai obat sariawan.
Tanin yang terdapat pada kulit kayunya banyak digunakan sebagai penyamak kulit yang memberikan warna muda (cerah) pada permukaan dan kemudian akan berubah menjadi lebih tua dan gelap. Selaput bijinya berwarna putih dan agak kering, rasanya masam dan dapat dimakan mirip asem. Beberapa satwa burung menyukai buahnya. Kayunya untuk kayu bakar. Di beberapa daerah sudah mulai dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh pinggir jalan dan tanaman hias di halaman kantor.
Pertelaan: Pohonnya dapat mencapai tinggi 15m dengan diameter cabang sekitar 35cm. Ujung ranting-rantingnya melempai atau melengkung ke bawah dan berduri. Duri-duri yang tidak kaku ini akan hilang setelah ranting itu menjadi cabang-cabang tua. Daunnya berwarna hijau kebiru-biruan..Warna bunganya tidak mencolok. Dalam satu tandan perbungaan hanya beberapa bunga saja yang menjadi polong buah. Polong berbentuk melingkar mirip jengkol dengan ukuran yang lebih kecil. Dalam satu polong terdapat 4-5 biji. Spesies ini agak jarang ditemukan tumbuh di dalam hutan zona inti Taman Kehati. Beberapa ditemukan tumbuh di sekitar perumahan kompleks Pupuk Kujang.
Habitat: Spesies ini secara liar tumbuh di lahan-lahan kering pamah (dataran rendah) yang beriklim monsun (kering). Tumbuh liar di semak belukar atau di pekarangan atau kebun yang tidak terawat.
Distribusi: Pada umumnya mudah ditemukan tumbuh di wilayah bagian utara pulau Jawa bagian barat, tengah dan timur, demikian pula di pulau Madura.
Cara tanam: Bisa diperbanyak dengan biji atau cangkok.
Komposisi kimia: Daun, batang dan kulit batang mengandung saponin dan flavonoida, selain itu batang dan kulit batangnya juga mengandung tanin.
Manfaat/kegunaan: Daunnya berkhasiat sebagai obat sariawan.
Tanin yang terdapat pada kulit kayunya banyak digunakan sebagai penyamak kulit yang memberikan warna muda (cerah) pada permukaan dan kemudian akan berubah menjadi lebih tua dan gelap. Selaput bijinya berwarna putih dan agak kering, rasanya masam dan dapat dimakan mirip asem. Beberapa satwa burung menyukai buahnya. Kayunya untuk kayu bakar. Di beberapa daerah sudah mulai dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh pinggir jalan dan tanaman hias di halaman kantor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar