Status dan Kecenderungan Sumber Daya Keanekaragaman Hayati TKHPK

Kemerosotan keanekaragaman hayati adalah susutnya keanekaragaman hayati dalam luasan, kondisi atau produktivitas yang berkelanjutan dari ekosistem dan susutnya jumlah, distribusi atau pemanfaatan berkelanjutan dari populasi jenis dan kepunahannya. Potensi keanekaragaman hayati, terdapat beberapa spesies tumbuhan, diantaranya tumbuhan algae, jamur, bunga dan tanaman merambat, serta spesies fauna diantaranya jenis burung, amphibi, reptil, kupu-kupu dan jenis ikan air tawar yang terkoleksi di area Taman Keanekaragaman Hayati Pupuk Kujang merupakan salah satu upaya untuk melestarikan biodiversity khususnya di Jawa Barat dan umumnya secara nasional.

Adanya potensi keragaman hayati yang dimiliki TKHPK merupakan sumber daya penting untuk dijadikan modal suatu komponen dari sistem penyangga kehidupan, selain itu juga dapat dijadikan sebagai sumber yang mempunyai nilai ekonomi. Potensi sumber daya hayati di TKHPK memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak dan bervariasi, saat ini sudah dimanfaatkan masyarakat sekitarnya.

Keanekaragaman yang tinggi dan bervariasi akan menghasilkan kestabilan lingkungan yang mantap dan asri. Keanekaragaman ekosistem, tercakup didalamnya genetik, jenis beserta lingkungannya. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman hayati yang paling kompleks. Berbagai keanekaragaman ekosistem yang ada di TKHPK, misalnya ekosistem  vegetasi hutan non dipterokarpa pamah; vegetasi perdu, semak, terna (herba) pamah; komunitas bambu pamah monsun meranggas;  komunitas mikro organisme; savanna monsun pamah; lahan basah rawa air tawar pamah; lahan basah tepi sungai (riparian) pamah dan vegetasi perdu semak terna tepi sungai (riparian) pamah.

Keanekaragaman hayati sebagai sumber penyedia berbagai barang dan jasa, mulai dari pangan, energi dan bahan produksi hingga sumberdaya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas serta obat. Selain itu keanekaragaman hayati juga berfungsi untuk mendukung sistem kehidupan, seperti menjaga kualitas tanah, menyimpan, memurnikan dan menjadi reservoir air, menjaga siklus pemurnian udara, siklus karbon dan nutrisi.

Kecenderungan semakin berkurangnya keragaman hayati sebenarnya mulai nampak dengan indikator bahwa jenis tertentu yang dahulu merupakan jenis fauna dan flora yang dikenal dan dijumpai oleh masyarakat sudah mulai jarang ditemui di Jawa barat, begitu pula lunturnya buah dan tanaman lokal akibat import jenis flora dan fauna dari luar wilayah/luar negeri, terlebih tanaman yang bersifat invasif.

Adapun flora/tanaman lokal yang merupakan potensi/tanaman yang perlu dilestarikan di TKHPK adalah  Gandaria, sebagai tanaman identitas Jawa Barat. Kemudian, Litsea umbellate dan Litsea glutinosa yang menghasilkan minyak atsiri.
Berdasarkan kriteria IUCN, Litsea umbellata (Lour.) Merr. dan Litsea glutinosa adalah termasuk kategori vurnerable – rentan – jarang. Parameter lain untuk menentukan status dan kecenderungan dari kedua spesies tanaman tersebut adalah di kawasan TKHPK didapat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, bibitnya tidak ditemukan lagi di sekitar kawasan TKHPK. Hal tersebut berpotensi terjadi perkawinan sedarah yang berdampak pada rentannya spesies tanaman tersebut terhadap penyakit. Oleh karena itu TKHPK memprioritaskan kedua spesies tanaman tersebut untuk dicarikan bibit dari luar kawasan /impor dengan tujuan meningkatkan status indeks kelimpahan dan ketahanannya.
Kemudian untuk tanaman Gandaria (Bouea macrophylla) untuk status dan kecerendungannya telah ditetapkan dalam kebijakan manajemen perusahaan agar terus ditingkatkan dilestarikan kelimpahnan dan keanekaragamannya mengingat tanaman Gandaria adalah tanaman identitas Jawa Barat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar