Taman Kehati Pupuk Kujang Cikampek yang
dibangun didalam area konsesi PT Pupuk Kujang Cikampek meliputi area hutan, kolam/situ, rawa dan beberapa kawasan jalur hijau. Pengukuran dan
penghitungan geometric dengan GPS, sementara terhadap kawasan tersebut mencapai
luas sekitar 120 ha. Rincian
kawasan yang telah diobservasi awal adalah sebagai berikut:
1. Kawasan industri pabrik
Sebagian
besar kawasan PT Pupuk Kujang telah dibangun menjadi bangunan produksi pabrik pupuk dan infrastruktur
lainnya berupa bangunan
(pabrik, perkantoran, sarana pengolah limbah cair dan padat, ruang generator
daya listrik, jalan, dan fasilitas umum
lain), pemukiman serta lahan ruang terbuka hijau. Observasi terhadap kondisi
vegetasi pada masing-masing lokasi di sekitar pabrik dan infrastruktur di
sekitarnya adalah sebagai berikut:
· Kawasan di sekitar pabrik NPKG
Di
kawasan ini terlihat pada radius sekitar 100 – 200 m dari pabrik ada beberapa spesies tumbuhan yang pertumbuhannya kurang normal,
beberapa tidak tahan dan mengering seperti beberapa pohon angsana (Pterocarpus indicus) dan flamboyan (Delonix regia). Kematian ini diduga disebabkan karena tidak tahan terhadap udara yang tercemar oleh debu pabrik. Pengaruh debu memang tidak meluas, namun
ada kecederungan bahwa arah
angin dan kekuatan angin tampak berpengaruh terhadap daerah dan luas kawasan
terdampak. Oleh karena itu, kedua
spesies pohon terutama angsana perlu dipantau secara berkala pertumbuhannya.
Daftar spesies tumbuhan yang ada disekitar kawasan ini dapat dilihat pada
Lampiran 1 Jalur Akses NPK
· Taman Utama dan ruang terbuka hijau di sekitar jalan
Taman
Utama terletak di sisi pintu masuk sebelah utara. Taman ini telah ditanami
berbagai spesies tumbuhan, beberapa puluh batang di antaranya berupa tumbuhan
langka. Namun demikian, secara sepintas telah diketahui bahwa beberapa di
antara tumbuhan langka kurang tepat untuk ditanam di tempat tersebut diantaranya
karena memiliki tajuk pohon yang sangat besar sehingga akan menaungi spesies
lain; ada spesies tumbuhan merambat yang memerlukan pohon lain sebagai tempatnya merambat. Oleh karena itu beberapa
spesies tumbuhan langka tersebut harus dipindah-tanam ke tempat yang lebih
sesuai, sedangkan beberapa lainnya perlu dikoreksi nama ilmiahnya setelah
dilakukan identifikasi ulang.
· Kandang Rusa
Di
kawasan PT Pupuk Kujang terdapat beberapa kandang terbuka yang dipakai
untuk memelihara rusa india secara pasturisasi. Namun pada saat kunjungan
terlihat bahwa rerumputan di dalam kandang dalam keadaan merana, mungkin karena
populasi rusanya terlalu besar. Kebanyakan pohon
pelindung yang terdapat di kandang adalah akasia (Acacia auriculiformis) dan
mahoni (Swietenia microphylla); keduanya bukan spesies asli Indonesia. Akasia
memiliki sifat invasif (dapat berkembang
tanpa terkendali) dan mengeluarkan
zat allelopati (menghambat pertumbuhan spesies lain) yang membahayakan kelestarian spesies
tumbuhan lokal. Sejalan dengan
rencana pengembangan taman kehati maka penggantian dan penganekaragaman spesies
tumbuhan di kandang rusa perlu segera dilakukan. Rusa india bukan satwa asli
Indonesia sehingga keberhasilan penangkarannya tidak memiliki nilai konservasi
keanekaragaman hayati Indonesia. Rusa india perlu segera dipertimbangkan untuk
digantikan dengan satwa asli Jawa Barat.
· Area sepanjang
jalan di dalam kawasan Pupuk
Kujang
Area di sepanjang jalan di dalam kawasan Pupuk
Kujang banyak ditanam berbagai tanaman peneduh; namun kebanyakan
tanaman peneduh bukan spesies asli Jawa Barat. Berbagai spesies tanaman peneduh
perlu segera dipertimbangkan untuk digantian dengan spesies asli Jawa Barat agar
dapat juga berfungsi sebagai koridor satwa untuk pindah dari lokasi satu ke
lokasi yang lain. Demikian pula beberapa kawasan terbuka hijau lain selain
lapangan golf seperti kawasan pemukimian (rumah dinas, perkantoran) masih
memungkinkan dimanfaatkan sebagai koridor penghubung bagi satwa untuk pindah
lokasi satu ke lokasi yang lain.
2.
Kawasan hutan
Hutan sekunder
dengan luas sekitar 50 hektar yang terdapat di
kawasan industri pupuk Kujang merupakan bekas hutan produksi kayu jati milik
Perhutani. Pada saat ini masih terdapat ratusan batang pohon jati dengan umur 15 - 40 tahun; diperkirakan seumuran dengan mulai dibangunnya
pabrik pupuk ini. Beberapa spesies asli hutan lahan pamah masih
banyak terlihat di kawasan ini (lihat lampiran 1). Diperkirakan tumbuhan hutan
asli kawasan ini mendekati 100 spesies pohon. Dari observasi selintas tercatat
ada sekitar 30 spesies tumbuhan yang sering ditemukan di hutan ini. Hal ini mengindikasikan bahwa spesies tumbuhan lain
yang terdapat di dalam hutan ini tumbuh dari sisa biji-biji (benih) yang tersimpan di dalam tanah di bekas hutan produksi jati.
Observasi singkat menunjukkan bahwa di kawasan hutan ini
terdapat beberapa spesies tumbuhan yang bersifat invasif (Cecropia sp.). Spesies ini berasal dari Amerika tropika,
dan mudah menyebar di kawasan tropika lain. Buahnya disukai kelelawar. Supaya tidak membahayakan kelestarian spesies lokal
serta memperingan biaya pemusnahannya dikemudian hari maka berbagai spesies
tumbuhan invasif harus segera dihilangkan.
Sebagai Taman Kehati
yang diharapkan dapat memuat sebanyak mungkin koleksi spesies tumbuhan sehingga dapat menyediakan pakan bagi
satwa penyerbuk dan/atau pemencar biji secara berkelanjutan. Keterbatasan
luas menharuskan penataan yang baik agar seimbang jumlahnya dan mampu hidup dan
mengasilkan bibit yang baik. Jumlah koleksi serta jarak tanam masing-masing individu harus diperhitungkan agar
fungsi sebagai ekosistem buatan dapat berlangsung secara alami.
Di
kawasan hutan ini terdapat beberapa mata air yang bermutu cukup baik dan
mengalirkan air sepanjang tahun. Meskipun debit air tidak terlalu
besar, aliran air sepanjang tahun
menunjukkan bahwa kawasan ini masih memiliki fungsi pengatur tata-air yang
cukup baik. Mata air Kahuripan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan
rumah tangga sehari-hari. Dengan demikian secara langsung PT Pupuk Kujang
berperan dalam menyediakan air bagi masyarakat di sekitarnya. Ada satu
situ yang terletak di dalam kawasan ini airnya dimanfaatkan masyarakat untuk
suplai air minum kemasan ulang dengan menggunakan truk tangki air. Perbaikan struktur dan komposisi hutan dapat
dipastikan akan meningkatkan debit air dari berbagai mata air yang ada.
Berdasarkan
KepPres 26/2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah, salah satunya telah
ditetapkan cekungan air tanah Bekasi-Karawang dengan koordinat 106˚52’5,75” –
107˚42’31,3” Bujur Timur dan -5˚54’29,23” - -06˚53’29” Lintang Selatan seluas
3.641 km2. Dengan demikian kawasan pabrik pupuk Kujang berada tepat
di atas cekungan air tanah Bekasi-Karawang. Kemampuan kawasan hutan pabrik pupuk
Kujang dalam menangkap air dan mengubah menjadi run-in diharapkan dapat membantu mengisi kekosongan cekungan air
tanah Bekasi-Karawang. Luas kawasan
pabrik pupuk Kujang sekitar 5 km2 sedangkan luas cekungan air tanah
Bekasi-Karawang adalah 3.641 km2. Dengan demikian kawasan ini
menutupi kira-kira 0,35 % dari luas
permukaan cekungan air tanah Bekasi-Karawang.
Di
tengah kawasan hutan terdapat bagian yang kerapatan pohonnya sangat rendah atau
area terbuka yang memerlukan
rekonstruksi. Untuk
mengoptimalkan fungsi hutan, baik sebagai Taman Kehati
maupun pengatur tata air maka bagian hutan ini harus dipulihkan dengan
mengutamakan spesies tumbuhan lokal.
3.
Kawasan rawa
Teridentifikasi adanya 3 rawa yang tidak terlalu luas. Dalam pengamatan
sepintas diketahui adanya burung rawa kareo yang memiliki fungsi ekologi sebagi
pemangsa puncak. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem rawa masih memiliki
keanekaragaman hayati yang cukup. Dua rawa berada di tepi kawasan berbatasan dengan jalan
tol maupun jalan arteri Dawuan, sedangkan rawa yang tidak terlalu luas berada
di dekat pembibitan.
Dari tampilan alami tepi rawa yang memiliki kedalaman berjenjang sehingga
dapat menjadi tempat hidup berbagai tumbuhan air maupun satwa air tertentu
terutama yang memiliki persyaratan
kedalaman air (tidak mengalir) yang berbeda. Morfologi tepian rawa
yang alami, memberikan indikasi bahwa secara ekologis ekosistem rawa terna air
tawar masih fungsi meskipun tidak sempurna.
Limpasan air dari luar
kawasan dikhawatirkan dapat membawa materi tanah ataupun bahan organik
maupun non organik masuk ke
dalam rawa yang dapat merusak ekosistem rawa.
4.
Danau/Situ/Kolam
Di kawasan ini terdapat 8 (delapan) buah danau yang
saling berhubungan. Sekat pemisah dibuat agar air tidak terkumpul di satu
lokasi yang terbawah, ada beda elevasi geometrik sekitar 8 - 10 m antara danau
1 dan 8 (lihat peta 2). Menurut
keterangan, masing-masing danau memiliki kedalaman sekitar 6 meter; namun peta
batimetrinya belum pernah dibuat. Danau yang permukaan airnya relatif paling
tinggi disebut sebagai danau nomor 1 (satu), dan selanjutnya sampai nomor 8
(delapan). Diperkirakan bahwa sebelum sekat dibuat beberapa danau bernomor
kecil tidak dalam dan kemungkinan besar merupakan rawa. Luas total kedelapan
danau tersebut sekitar 20 hektar.
Semua danau tidak memiliki inlet sungai dari luar kawasan. Namun pada waktu
hujan besar, danau sering menerima limpasan air dari luar kawasan. Diduga
banyaknya limpasan air ini merupakan salah satu penyebab banyaknya lumpur di
dasar danau. Endapan lumpur juga diperoleh dari dalam kawasan sendiri. Dengan dinding
danau relatif tegak maka kedalaman secara berjenjang tidak terdapat di perairan
danau sehingga berbagai tumbuhan pinggiran danau tidak memiliki tempat untuk tumbuh. Penambahan luas
danau dengan kedalaman berjenjang sehingga ada bagian-bagian danau yang dapat
menjadi habitat berbagai spesies hayati perlu dipertimbangkan.
5.
Sungai
Beberapa sungai kecil masuk ke kawasan ini dan keluar
lagi di tempat yang lebih rendah. Namun tidak ada aliran sungai yang masuk ke
dalam danau. Di berbagai sungai dilaporkan dihuni oleh berbagai spesies ikan
dan satwa lain. Oleh karena menampung air dari luar kawasan, pada saat hujan
debit beberapa sungai meningkat tajam. Pembuatan beberapa sumur serapan di
sepanjang sungai diperkirakan dapat meningkatkan jumlah run-in di kawasan ini.