Status dan Kecenderungan Sumber Daya Keanekaragaman Hayati TKHPK

Kemerosotan keanekaragaman hayati adalah susutnya keanekaragaman hayati dalam luasan, kondisi atau produktivitas yang berkelanjutan dari ekosistem dan susutnya jumlah, distribusi atau pemanfaatan berkelanjutan dari populasi jenis dan kepunahannya. Potensi keanekaragaman hayati, terdapat beberapa spesies tumbuhan, diantaranya tumbuhan algae, jamur, bunga dan tanaman merambat, serta spesies fauna diantaranya jenis burung, amphibi, reptil, kupu-kupu dan jenis ikan air tawar yang terkoleksi di area Taman Keanekaragaman Hayati Pupuk Kujang merupakan salah satu upaya untuk melestarikan biodiversity khususnya di Jawa Barat dan umumnya secara nasional.

Adanya potensi keragaman hayati yang dimiliki TKHPK merupakan sumber daya penting untuk dijadikan modal suatu komponen dari sistem penyangga kehidupan, selain itu juga dapat dijadikan sebagai sumber yang mempunyai nilai ekonomi. Potensi sumber daya hayati di TKHPK memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak dan bervariasi, saat ini sudah dimanfaatkan masyarakat sekitarnya.

Keanekaragaman yang tinggi dan bervariasi akan menghasilkan kestabilan lingkungan yang mantap dan asri. Keanekaragaman ekosistem, tercakup didalamnya genetik, jenis beserta lingkungannya. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman hayati yang paling kompleks. Berbagai keanekaragaman ekosistem yang ada di TKHPK, misalnya ekosistem  vegetasi hutan non dipterokarpa pamah; vegetasi perdu, semak, terna (herba) pamah; komunitas bambu pamah monsun meranggas;  komunitas mikro organisme; savanna monsun pamah; lahan basah rawa air tawar pamah; lahan basah tepi sungai (riparian) pamah dan vegetasi perdu semak terna tepi sungai (riparian) pamah.

Keanekaragaman hayati sebagai sumber penyedia berbagai barang dan jasa, mulai dari pangan, energi dan bahan produksi hingga sumberdaya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas serta obat. Selain itu keanekaragaman hayati juga berfungsi untuk mendukung sistem kehidupan, seperti menjaga kualitas tanah, menyimpan, memurnikan dan menjadi reservoir air, menjaga siklus pemurnian udara, siklus karbon dan nutrisi.

Kecenderungan semakin berkurangnya keragaman hayati sebenarnya mulai nampak dengan indikator bahwa jenis tertentu yang dahulu merupakan jenis fauna dan flora yang dikenal dan dijumpai oleh masyarakat sudah mulai jarang ditemui di Jawa barat, begitu pula lunturnya buah dan tanaman lokal akibat import jenis flora dan fauna dari luar wilayah/luar negeri, terlebih tanaman yang bersifat invasif.

Adapun flora/tanaman lokal yang merupakan potensi/tanaman yang perlu dilestarikan di TKHPK adalah  Gandaria, sebagai tanaman identitas Jawa Barat. Kemudian, Litsea umbellate dan Litsea glutinosa yang menghasilkan minyak atsiri.
Berdasarkan kriteria IUCN, Litsea umbellata (Lour.) Merr. dan Litsea glutinosa adalah termasuk kategori vurnerable – rentan – jarang. Parameter lain untuk menentukan status dan kecenderungan dari kedua spesies tanaman tersebut adalah di kawasan TKHPK didapat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, bibitnya tidak ditemukan lagi di sekitar kawasan TKHPK. Hal tersebut berpotensi terjadi perkawinan sedarah yang berdampak pada rentannya spesies tanaman tersebut terhadap penyakit. Oleh karena itu TKHPK memprioritaskan kedua spesies tanaman tersebut untuk dicarikan bibit dari luar kawasan /impor dengan tujuan meningkatkan status indeks kelimpahan dan ketahanannya.
Kemudian untuk tanaman Gandaria (Bouea macrophylla) untuk status dan kecerendungannya telah ditetapkan dalam kebijakan manajemen perusahaan agar terus ditingkatkan dilestarikan kelimpahnan dan keanekaragamannya mengingat tanaman Gandaria adalah tanaman identitas Jawa Barat.


Koleksi Penting Taman Keanekaragaman Hayati Pupuk Kujang - Pithecellobium dulce (Roxb.) Bth.

Pithecellobium dulce (Roxb.) Bth.
(Mimosaceae – petai-petaian)
 
 
Sinonim: Mimosa dulcis Roxb. (1798), Inga dulcis (Roxb.) Willd.(1806) 
Nama daerah: Asem londo (Jawa), Asam keranji (Indonesia) Asem manila, Manila tamarind, Sweet inga
Pertelaan: Pohonnya dapat mencapai tinggi 15m dengan diameter cabang sekitar 35cm. Ujung ranting-rantingnya melempai atau melengkung ke bawah dan berduri. Duri-duri yang tidak kaku ini akan hilang setelah ranting itu menjadi cabang-cabang tua. Daunnya berwarna hijau kebiru-biruan..Warna bunganya tidak mencolok. Dalam satu tandan perbungaan hanya beberapa bunga saja yang menjadi polong buah. Polong berbentuk melingkar mirip jengkol dengan ukuran yang lebih kecil. Dalam satu polong terdapat 4-5 biji. Spesies ini agak jarang ditemukan tumbuh di dalam hutan zona inti Taman Kehati. Beberapa ditemukan tumbuh di sekitar perumahan kompleks Pupuk Kujang.
Habitat: Spesies ini secara liar tumbuh di lahan-lahan kering pamah (dataran rendah) yang beriklim monsun (kering). Tumbuh liar di semak belukar atau di pekarangan atau kebun yang tidak terawat.
Distribusi: Pada umumnya mudah ditemukan tumbuh di wilayah bagian utara pulau Jawa bagian barat, tengah dan timur, demikian pula di pulau Madura.
Cara tanam: Bisa diperbanyak dengan biji atau cangkok.
Komposisi kimia: Daun, batang dan kulit batang mengandung saponin dan flavonoida, selain itu batang dan kulit batangnya juga mengandung tanin.
Manfaat/kegunaan: Daunnya berkhasiat sebagai obat sariawan.
Tanin yang terdapat pada kulit kayunya banyak digunakan sebagai penyamak kulit yang memberikan warna muda (cerah) pada permukaan dan kemudian akan berubah menjadi lebih tua dan gelap. Selaput bijinya berwarna putih dan agak kering, rasanya masam dan dapat dimakan mirip asem. Beberapa satwa burung menyukai buahnya. Kayunya untuk kayu bakar. Di beberapa daerah sudah mulai dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh pinggir jalan dan tanaman hias di halaman kantor.

Hasil Kegiatan Survey Awal Tim Pakar Kehati BPLHD Prop. Jawa Barat

Taman Kehati Pupuk Kujang Cikampek yang dibangun didalam area konsesi PT Pupuk Kujang Cikampek meliputi area hutan, kolam/situ, rawa dan beberapa kawasan jalur hijau. Pengukuran dan penghitungan geometric dengan GPS, sementara terhadap kawasan tersebut mencapai luas sekitar 120 ha. Rincian kawasan yang telah diobservasi awal adalah sebagai berikut:

1.  Kawasan industri pabrik

Sebagian besar kawasan PT Pupuk Kujang telah dibangun menjadi bangunan produksi pabrik pupuk dan infrastruktur lainnya berupa bangunan (pabrik, perkantoran, sarana pengolah limbah cair dan padat, ruang generator daya listrik,  jalan, dan fasilitas umum lain), pemukiman serta lahan ruang terbuka hijau. Observasi terhadap kondisi vegetasi pada masing-masing lokasi di sekitar pabrik dan infrastruktur di sekitarnya adalah sebagai berikut:

·  Kawasan di sekitar pabrik NPKG
Di kawasan ini terlihat pada radius sekitar 100 – 200 m dari pabrik ada beberapa spesies tumbuhan yang pertumbuhannya kurang normal, beberapa tidak tahan dan mengering seperti beberapa pohon angsana (Pterocarpus indicus) dan flamboyan (Delonix regia). Kematian ini diduga disebabkan karena tidak tahan terhadap udara yang tercemar oleh debu pabrik. Pengaruh debu memang tidak meluas, namun ada kecederungan bahwa arah angin dan kekuatan angin tampak berpengaruh terhadap daerah dan luas kawasan terdampak. Oleh karena itu, kedua spesies pohon terutama angsana perlu dipantau secara berkala pertumbuhannya. Daftar spesies tumbuhan yang ada disekitar kawasan ini dapat dilihat pada Lampiran 1 Jalur Akses NPK

·  Taman Utama dan ruang terbuka hijau di sekitar jalan
Taman Utama terletak di sisi pintu masuk sebelah utara. Taman ini telah ditanami berbagai spesies tumbuhan, beberapa puluh batang di antaranya berupa tumbuhan langka. Namun demikian, secara sepintas telah diketahui bahwa beberapa di antara tumbuhan langka kurang tepat untuk ditanam di tempat tersebut diantaranya karena memiliki tajuk pohon yang sangat besar sehingga akan menaungi spesies lain; ada spesies tumbuhan merambat yang memerlukan pohon lain sebagai tempatnya merambat. Oleh karena itu beberapa spesies tumbuhan langka tersebut harus dipindah-tanam ke tempat yang lebih sesuai, sedangkan beberapa lainnya perlu dikoreksi nama ilmiahnya setelah dilakukan identifikasi ulang.

·  Kandang Rusa
Di kawasan PT Pupuk Kujang terdapat beberapa kandang terbuka yang dipakai untuk memelihara rusa india secara pasturisasi. Namun pada saat kunjungan terlihat bahwa rerumputan di dalam kandang dalam keadaan merana, mungkin karena populasi rusanya terlalu besar. Kebanyakan pohon pelindung yang terdapat di kandang adalah akasia (Acacia auriculiformis) dan mahoni (Swietenia microphylla); keduanya bukan spesies asli Indonesia. Akasia memiliki sifat invasif (dapat berkembang tanpa terkendali) dan mengeluarkan zat allelopati (menghambat pertumbuhan spesies lain) yang membahayakan kelestarian spesies tumbuhan lokal. Sejalan dengan rencana pengembangan taman kehati maka penggantian dan penganekaragaman spesies tumbuhan di kandang rusa perlu segera dilakukan. Rusa india bukan satwa asli Indonesia sehingga keberhasilan penangkarannya tidak memiliki nilai konservasi keanekaragaman hayati Indonesia. Rusa india perlu segera dipertimbangkan untuk digantikan dengan satwa asli Jawa Barat.

·  Area sepanjang jalan di dalam kawasan Pupuk Kujang
Area di sepanjang jalan di dalam kawasan Pupuk Kujang banyak ditanam berbagai tanaman peneduh; namun kebanyakan tanaman peneduh bukan spesies asli Jawa Barat. Berbagai spesies tanaman peneduh perlu segera dipertimbangkan untuk digantian dengan spesies asli Jawa Barat agar dapat juga berfungsi sebagai koridor satwa untuk pindah dari lokasi satu ke lokasi yang lain. Demikian pula beberapa kawasan terbuka hijau lain selain lapangan golf seperti kawasan pemukimian (rumah dinas, perkantoran) masih memungkinkan dimanfaatkan sebagai koridor penghubung bagi satwa untuk pindah lokasi satu ke lokasi yang lain.
2.    Kawasan hutan
   Hutan sekunder dengan luas sekitar 50 hektar yang terdapat di kawasan industri pupuk Kujang merupakan bekas hutan produksi kayu jati milik Perhutani. Pada saat ini masih terdapat ratusan batang pohon jati dengan umur 15 - 40 tahun; diperkirakan seumuran dengan mulai dibangunnya pabrik pupuk ini. Beberapa spesies asli hutan lahan pamah masih banyak terlihat di kawasan ini (lihat lampiran 1). Diperkirakan tumbuhan hutan asli kawasan ini mendekati 100 spesies pohon. Dari observasi selintas tercatat ada sekitar 30 spesies tumbuhan yang sering ditemukan di hutan ini. Hal ini mengindikasikan bahwa spesies tumbuhan lain yang terdapat di dalam hutan ini tumbuh dari sisa biji-biji (benih) yang tersimpan di dalam tanah di bekas hutan produksi jati.
  
  Observasi singkat menunjukkan bahwa di kawasan hutan ini terdapat beberapa spesies tumbuhan yang bersifat invasif (Cecropia sp.). Spesies ini berasal dari Amerika tropika, dan mudah menyebar di kawasan tropika lain. Buahnya disukai kelelawar. Supaya tidak membahayakan kelestarian spesies lokal serta memperingan biaya pemusnahannya dikemudian hari maka berbagai spesies tumbuhan invasif harus segera dihilangkan.
 
   Sebagai Taman Kehati yang diharapkan dapat memuat sebanyak mungkin koleksi spesies tumbuhan sehingga dapat menyediakan pakan bagi satwa penyerbuk dan/atau pemencar biji secara berkelanjutan. Keterbatasan luas menharuskan penataan yang baik agar seimbang jumlahnya dan mampu hidup dan mengasilkan bibit yang baik. Jumlah koleksi serta jarak tanam masing-masing individu harus diperhitungkan agar fungsi sebagai ekosistem buatan dapat berlangsung secara alami.
 
   Di kawasan hutan ini terdapat beberapa mata air yang bermutu cukup baik dan mengalirkan air sepanjang tahun. Meskipun debit air tidak terlalu besar, aliran air sepanjang tahun menunjukkan bahwa kawasan ini masih memiliki fungsi pengatur tata-air yang cukup baik. Mata air Kahuripan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Dengan demikian secara langsung PT Pupuk Kujang berperan dalam menyediakan air bagi masyarakat di sekitarnya. Ada satu situ yang terletak di dalam kawasan ini airnya dimanfaatkan masyarakat untuk suplai air minum kemasan ulang dengan menggunakan truk tangki air. Perbaikan struktur dan komposisi hutan dapat dipastikan akan meningkatkan debit air dari berbagai mata air yang ada.
 
  Berdasarkan KepPres 26/2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah, salah satunya telah ditetapkan cekungan air tanah Bekasi-Karawang dengan koordinat 106˚52’5,75” – 107˚42’31,3” Bujur Timur dan -5˚54’29,23” - -06˚53’29” Lintang Selatan seluas 3.641 km2. Dengan demikian kawasan pabrik pupuk Kujang berada tepat di atas cekungan air tanah Bekasi-Karawang. Kemampuan kawasan hutan  pabrik pupuk Kujang dalam menangkap air dan mengubah menjadi run-in diharapkan dapat membantu mengisi kekosongan cekungan air tanah Bekasi-Karawang.  Luas kawasan pabrik pupuk Kujang sekitar 5 km2 sedangkan luas cekungan air tanah Bekasi-Karawang adalah 3.641 km2. Dengan demikian kawasan ini menutupi kira-kira 0,35 % dari luas permukaan cekungan air tanah Bekasi-Karawang.
 
  Di tengah kawasan hutan terdapat bagian yang kerapatan pohonnya sangat rendah atau area terbuka yang memerlukan rekonstruksi. Untuk mengoptimalkan fungsi hutan, baik sebagai Taman Kehati maupun pengatur tata air maka bagian hutan ini harus dipulihkan dengan mengutamakan spesies tumbuhan lokal.
3.    Kawasan rawa
Teridentifikasi adanya 3 rawa yang tidak terlalu luas. Dalam pengamatan sepintas diketahui adanya burung rawa kareo yang memiliki fungsi ekologi sebagi pemangsa puncak. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem rawa masih memiliki keanekaragaman hayati yang cukup. Dua rawa berada di tepi kawasan berbatasan dengan jalan tol maupun jalan arteri Dawuan, sedangkan rawa yang tidak terlalu luas berada di dekat pembibitan.
Dari tampilan alami tepi rawa yang memiliki kedalaman berjenjang sehingga dapat menjadi tempat hidup berbagai tumbuhan air maupun satwa air tertentu terutama yang memiliki persyaratan kedalaman air (tidak mengalir) yang berbeda. Morfologi tepian rawa yang alami, memberikan indikasi bahwa secara ekologis ekosistem rawa terna air tawar masih fungsi meskipun tidak sempurna.   Limpasan air dari luar kawasan dikhawatirkan dapat membawa materi tanah ataupun bahan organik maupun non organik masuk ke dalam rawa  yang dapat merusak ekosistem rawa.
4.    Danau/Situ/Kolam
Di kawasan ini terdapat 8 (delapan) buah danau yang saling berhubungan. Sekat pemisah dibuat agar air tidak terkumpul di satu lokasi yang terbawah, ada beda elevasi geometrik sekitar 8 - 10 m antara danau 1 dan 8 (lihat peta 2). Menurut keterangan, masing-masing danau memiliki kedalaman sekitar 6 meter; namun peta batimetrinya belum pernah dibuat. Danau yang permukaan airnya relatif paling tinggi disebut sebagai danau nomor 1 (satu), dan selanjutnya sampai nomor 8 (delapan). Diperkirakan bahwa sebelum sekat dibuat beberapa danau bernomor kecil tidak dalam dan kemungkinan besar merupakan rawa. Luas total kedelapan danau tersebut sekitar 20 hektar. Semua danau tidak memiliki inlet sungai dari luar kawasan. Namun pada waktu hujan besar, danau sering menerima limpasan air dari luar kawasan. Diduga banyaknya limpasan air ini merupakan salah satu penyebab banyaknya lumpur di dasar danau. Endapan lumpur juga diperoleh dari dalam kawasan sendiri. Dengan dinding danau relatif tegak maka kedalaman secara berjenjang tidak terdapat di perairan danau sehingga berbagai tumbuhan pinggiran danau tidak memiliki tempat untuk tumbuh. Penambahan luas danau dengan kedalaman berjenjang sehingga ada bagian-bagian danau yang dapat menjadi habitat berbagai spesies hayati perlu dipertimbangkan.
5.    Sungai
Beberapa sungai kecil masuk ke kawasan ini dan keluar lagi di tempat yang lebih rendah. Namun tidak ada aliran sungai yang masuk ke dalam danau. Di berbagai sungai dilaporkan dihuni oleh berbagai spesies ikan dan satwa lain. Oleh karena menampung air dari luar kawasan, pada saat hujan debit beberapa sungai meningkat tajam. Pembuatan beberapa sumur serapan di sepanjang sungai diperkirakan dapat meningkatkan jumlah run-in di kawasan ini.

Pengembangan TKHPK - Kegiatan Pra-Survey

Amanat untuk menyelamatkan keanekaragaman spesies, keanekaragaman ekosistem serta keanekaragaman genetik disampaikan melalui undang-undang 32 tahun 2009, antara lain dengan membuat pencadangan hayati. Tujuan pencadangan adalah penyediaan biji/benih fertil dari spesies tumbuhan lokal dalam bentuk bibit yang cukup sehingga dapat digunakan, antara lain untuk merekonstruksi lahan-lahan kritis atau memulihkan fungsi dari suatu tipe ekositem. Prioritasnya adalah spesies tumbuhan lokal yang penyerbukannya perlu dibantu oleh satwa, antara lain oleh serangga (lebah, kumbang), burung, kelelawar atau mamalia lainnya. Tempat pencadangan berbagai keragaman spesies, genetik dan ekosistem tersebut dikenal dengan Taman Kehati.


Di dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 29 tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah disebutkan bahwa rencana induk pengelolaan keanekaragaman hayati adalah dokumen kerangka perencanaan strategis untuk perioda 5 (lima) tahun yang digunakan sebagai dasar bagi pengelolaan terpadu keanekaragaman hayati di provinsi atau kabupaten/kota. Substansi rencana induk pengelolaan Kehati antara lain dititik beratkan kepada:
  1. Spesies flora-fauna yang mempunyai nilai penting bagi konservasi keanekaragaman hayati (endemik, terancam punah, fungsi vital bagi kelestarian nilai dukung ekosistem);
  2. Pengembangan nilai tambah dan bentuk/pola pemanfaatan keanekaragaman hayati berkelanjutan (perlindungan ekosistem penopang keberhasilan pembangunan);
  3. Kawasan penting bagi konservasi keanekaragaman hayati, baik yang berada di kawasan lindung maupun kawasan budidaya.
 Sebagai bentuk dukungan terhadap program pemerintah yang tertuang dalam rencana induk pengelolaan kehati tersebut, PT Pupuk Kujang pada tahun 2014 telah bersepakat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melalui Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat untuk memanfaatkan sebagian dari kawasannya untuk dibangun menjadi Taman Kehati. Untuk dapat membangun Taman Kehati sebagaimana seharusnya maka dilakukan survei awal yang hasilnya diharapkan dapat menjadi panduan langkah-langkah pembangunannya untuk jangka pendek menengah dan panjang. Dalam kegiatan survey awal ini, PT Pupuk Kujang menggandeng tim pakar kehati dari BPLHD Prop. Jawa Barat yang diketuai oleh Drs. Roemantyo dan dibantu beberapa peneliti dari LIPI. 

Adapun rangkaian kegiatan survey awal tersebut meliputi : 
  • Melakukan kunjungan dan observasi awal di beberapa obyek yang terdapat di dalam kawasan PT Pupuk Kujang, antara lain: taman di dekat pintu Gerbang Utama serta ruang terbuka hijau di sekitar jalur jalan dan bangunan; Kolam/situ 1 sampai 8; Kandang rusa dan kandang sapi; Beberapa sumber air dan batang sungai/parit/selokan; Hutan jati dan bamboo, semak dan belukar; Rawa/bekas rawa di dalam kawasan;
  • Pengumpulan data awal (pra survai) dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum kawasan secara utuh. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan perangkat GPS (Global Positioning System) yang hasilnya digambarkan dalam bentuk tracking point dan waypoint. Data posisi koordinat yang dikumpulkan terutama yang terkait dengan bentang alam, batang sungai, danau/situ, posisi bangunan, serta infrastruktur jalan. Disamping itu juga dilakukan inventarisasi posisi koordinat dari tempat-tempat yang memiliki nilai strategis kehati penting sebagai dasar observasi yang lebih rinci pada survai lapangan untuk pembuatan zonasi kawasan.
  • Observasi dan identifikasi terhadap spesies tumbuhan dan satwa indikator sebagai dugaan awal penentuan tipe ekosistem yang akan dipulihkan (recovery) fungsi dan manfaatnya. Observasi dan identifikasi juga dilakukan di sekitar kawasan pabrik Pupuk Kujang untuk memberikan konfirmasi dugaan tipe ekosistem yang diperkirakan tersisa.



Sekilas Tentang Taman Keanekaragaman Hayati Pupuk Kujang

Sesuai dengan Keputusan Bupati Karawang Nomor 188/Kep. 369 - Huk/2014 tentang Taman Keanekaragaman Hayati Pupuk Kujang di PT Pupuk Kujang Cikampek, diamanatkan bahwa Taman Kehati perlu dibangun di PT Pupuk Kujang, Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang. Secara geografis terletak antara 107˚25’15” – 107˚26’35” Bujur Timur dan -6˚23 40” – -6˚25’20” Lintang Selatan. Luasan yang dikategorikan sebagai Green Belt PT Pupuk Kujang ini mempunyai areal seluas 120 Ha dari 499 Ha atau 25% luas area PT Pupuk Kujang. Kawasan industri Pupuk Kujang terletak di Kecamatan Cikampek dengan luas sekitar 499 hektar atau 5 km2. Di sebelah utara kawasan berbatasan dengan pemukiman, di sebelah timur dengan kawasan industri otomotif, di sebelah selatan dengan jalan tol Jakarta-Cikampek, sedangkan di bagian barat dengan kawasan industri lainnya. Dilihat dari citra satelit, kawasan ini dikelilingi oleh mosaik pemukiman yang berselang-seling dengan kawasan industri. Agak jauh dari kawasan ini terdapat persawahan yang cukup luas; sedangkan kawasan bervegetasi hutan terletak agak jauh dari kawasan ini.
 
  
Geomorfologi Kawasan TKHPK

Penelusuran geomorfologi menunjukkan bahwa kawasan Taman Keanekaragaman Hayati Pupuk Kujang (TKHPK) terbentuk dari sedimen vulkanis yang kemudian terpotong oleh beberapa aliran sungai. Oleh karena itu diperkirakan bahwa daerah ini merupakan ekosistem riparian lahan pamah (dataran rendah) yang subur dan kaya hara, dengan cekungan-cekungan air yang terjebak membentuk rawa. Kesuburan pada lahan pamah yang relatif datar ini menarik keinginan masyarakat untuk membuat sawah. Petak sawah dibuat sambung menyambung sehingga selama beberapa abad, wilayah Karawang dikenal sebagai lumbung padi; tanpa menyisakan tempat hidup berbagai spesies hayati lokal Karawang dan daerah pantai utara Jawa bagian barat umumnya. Pada beberapa dekade terakhir, lahan datar Karawang dengan segala sarana dan prasarananya menarik perhatian para pengusaha untuk menjadikannya sebagai kawasan industri.

Mata Air Tirta Kahuripan
 
Di kawasan TKHPK ini terdapat beberapa mata air yang bermutu cukup baik dan mengalirkan air sepanjang tahun. Meskipun debit air tidak terlalu besar, aliran air sepanjang tahun menunjukkan bahwa kawasan ini masih memiliki fungsi pengatur tata-air yang cukup baik. 

Mata air Kahuripan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Dengan demikian secara langsung TKHPK berperan dalam menyediakan air bagi masyarakat di sekitarnya. Ada satu situ yang terletak di dalam kawasan ini airnya dimanfaatkan masyarakat untuk suplai air minum kemasan ulang dengan menggunakan truk tangki air. Perbaikan struktur dan komposisi hutan dapat dipastikan akan meningkatkan debit air dari berbagai mata air yang ada.

Taman Keanekaragaman Hayati

Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati)
adalah suatu kawasan di luar kawasan konservasi yang dibangun menjadi tempat pencadangan sumber daya alam hayati lokal dan mempunyai fungsi konservasi in-situ dan/atau ex-situ


Taman kehati diharapkan dapat mewakili ekosistem yang terdapat di sekitarnya untuk mempertahankan keberadaan spesies (jenis) tumbuhan dan satwa serta variasi genetika lokal, endemik dan langka. 

Kelestarian keanekaragaman hayati sangat penting untuk memelihara sistem-sistem kehidupan di biosfer secara berkelanjutan dengan cara konservasi ekosistem  alami (habitat, spesies, genetik), serta pemeliharaan dan pemulihan populasi spesies sehingga dapat berkembang biak secara alami.

Substansi rencana induk pengelolaan Kehati antara lain dititik beratkan kepada:
  • Spesies flora-fauna yang mempunyai nilai penting bagi konservasi keanekaragaman hayati (endemik, terancam punah, fungsi vital bagi kelestarian nilai dukung ekosistem);
  • Pengembangan nilai tambah dan bentuk/pola pemanfaatan keanekaragaman hayati berkelanjutan (perlindungan ekosistem penopang keberhasilan pembangunan);
  • Kawasan penting bagi konservasi keanekaragaman hayati, baik yang berada di kawasan lindung maupun kawasan budidaya.